Jul 25, 2013

Man's Best Friend



   Musim panas tahun 2005, tawa terus terdengar di sebuah rumah di ujung sebuah desa. Seekor anjing kecil terus berlari kesana kemari, sesekali ia mengacak acak hasil panen yang sedang dibersihkan oleh para pekerja. Tak ada keluhan dari para pekerja, yang justru hanya tertawa melihat tingkah laku si anjing. Begitu juga dengan tuannya, yang hanya tersenyum.
yup, anjing itu telah menjadi anggota baru di keluarga itu. 

   Hari terus berganti, waktu terus berlalu, anjing itu telah tumbuh menjadi penjaga tuannya yang setia, bahkan menjadi sahabat yang selalu menemani tuannya. ia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tuannya. Kesetiaannya, membuat seluruh keluarga tuannya begitu menyayanginya.
Suatu ketika, disaat keluarga itu sangat membutuhkan uang, datang sebuah tawaran untuk membeli anjing itu, dengan harga yang tidak masuk akal untuk seekor anjing. Namun, tuannya justru menolak.
“dengan uang itu, saya bisa membeli 10 ekor anjing untuk menggantikannya, tapi saya tak bisa membeli KESETIAAN seperti yang anjing ini berikan padaku. Aku telah terlanjur menyayanginya, sampai kapanpun aku takkan pernah menjualnya !” kata si tuan.

   Pertengahan tahun 2012, rumah itu terlihat begitu sepi. Si tuan kini terbaring di rumah sakit, ditemani oleh seluruh  keluarganya. Hanya ada si bungsu yang pulang ke rumah. Dalam keheningan malam, si bungsu duduk di lantai sambil bersandar di dinding. Si anjing bersandar di pelukannya, sakit, sedih, sama persis dengan kondisi tuannya di rumah sakit. Keduanya larut dalam tangis, mereka tahu, kalau tak lama lagi, mereka akan kehilangan orang yang mereka sayangi. 

Di suatu pagi, tak seorang pun berada di rumah itu. Si anjing mulai menangis, berpindah – pindah di depan pintu rumah para tetangga, seolah ingin memberitahu sesuatu. Tak lama kemudian, kabar duka datang. Si tuan telah meninggal dunia. 
Si anjing terus menangis, seolah tahu kalau ia takkan bertemu dengan tuannya lagi. Seluruh orang yang datang di pemakaman tuannya hanya bisa heran, dan kagum, melihat kesedihan dan kesetiaan si anjing. Bahkan tangisannya baru terhenti, saat mereka membawanya ke samping peti mati tuannya. Terakhir kali ia melihat tuannya.
Hari terus berlalu, anjing itu kini terus tidur di tempat terakhir ia melihat tuannya, meskipun terlihat sangat tak nyaman. Semua tahu, kalau ia sangat kehilangan tuannya.  

38 hari setelah kematian tuannya, seisi rumah itu menjadi sangat sibuk. Si anjing yg sedang sakit, telah menghilang. Yang tersisa hanyalah rantai yg dipakai untuk mengikatnya. Setelah lama mencari, mereka akhirnya menemukan si anjing, yang sedang sakit, sedang berjalan menuju makam tuannya.
Tak lama kemudian, setelah pulang ke rumah, anjing itu pergi menyusul tuannya.
Sesuai permintaan cucu –cucu tuannya, anjing itu dikuburkan di samping tuannya. Untuk terus bersama, menjadi penjaga tuannya yang setia.  

Kini, yang tersisa dari keduanya hanyalah kisah sederhana tentang Persahabatan dan Kesetiaan.
Seperti kata sebuah pepatah kuno, “uang bisa membeli anjing yang bagus, tapi tak bisa membeli kibasan ekornya “.

*****

air mata mulai menetes di pipi si bungsu, dia baru saja merepost tulisan lamanya, salah satu kenangan menyedihkan dalam hidupnya.
bak sebuah luka lama yg tak pernah sembuh.
kehilangan itu memang menyakitkan, ya MENYAKITKAN .. !!

pikirannya kembali kacau, rasa sakit karena kehilangan itu, kini datang lagi.
ditatapnya foto usang sang ayah yg terpajang di dinding,
"sorry i can't be perfect, i miss you dad .." :'(

namun kibasan ekor si 'Scooby'  kembali menyadarkan pikiran si bungsu ..
dia kembali tersenyum, menatap si anjing kecil yg seolah-olah terus mengajaknya tuk bermain ..
"ok scoob. lets gooooooo ... "



1 comment:

s i n said...

tulisanmu bagus, lho. hayoo dong rajin update blog. semangat! ^^