Musim panas tahun 2005, tawa
terus terdengar di sebuah rumah di ujung sebuah desa. Seekor anjing kecil terus
berlari kesana kemari, sesekali ia mengacak acak hasil panen yang sedang
dibersihkan oleh para pekerja. Tak ada keluhan dari para pekerja, yang justru
hanya tertawa melihat tingkah laku si anjing. Begitu juga dengan tuannya, yang
hanya tersenyum.
yup, anjing itu telah menjadi anggota baru di keluarga itu.
yup, anjing itu telah menjadi anggota baru di keluarga itu.
Hari terus berganti, waktu terus
berlalu, anjing itu telah tumbuh menjadi penjaga tuannya yang setia, bahkan
menjadi sahabat yang selalu menemani tuannya. ia telah menjadi bagian tak
terpisahkan dari tuannya. Kesetiaannya, membuat seluruh keluarga tuannya begitu
menyayanginya.
Suatu ketika, disaat keluarga itu
sangat membutuhkan uang, datang sebuah tawaran untuk membeli anjing itu, dengan
harga yang tidak masuk akal untuk seekor anjing. Namun, tuannya justru menolak.
“dengan uang itu, saya bisa membeli 10 ekor anjing untuk menggantikannya, tapi saya tak bisa membeli KESETIAAN seperti yang anjing ini berikan padaku. Aku telah terlanjur menyayanginya, sampai kapanpun aku takkan pernah menjualnya !” kata si tuan.
“dengan uang itu, saya bisa membeli 10 ekor anjing untuk menggantikannya, tapi saya tak bisa membeli KESETIAAN seperti yang anjing ini berikan padaku. Aku telah terlanjur menyayanginya, sampai kapanpun aku takkan pernah menjualnya !” kata si tuan.
Pertengahan tahun 2012, rumah itu
terlihat begitu sepi. Si tuan kini terbaring di rumah sakit, ditemani oleh
seluruh keluarganya. Hanya ada si bungsu
yang pulang ke rumah. Dalam keheningan malam, si bungsu duduk di lantai sambil
bersandar di dinding. Si anjing bersandar di pelukannya, sakit, sedih, sama
persis dengan kondisi tuannya di rumah sakit. Keduanya larut dalam tangis,
mereka tahu, kalau tak lama lagi, mereka akan kehilangan orang yang mereka
sayangi.
Di suatu pagi, tak seorang pun
berada di rumah itu. Si anjing mulai menangis, berpindah – pindah di depan
pintu rumah para tetangga, seolah ingin memberitahu sesuatu. Tak lama kemudian,
kabar duka datang. Si tuan telah meninggal dunia.
Si anjing terus menangis, seolah
tahu kalau ia takkan bertemu dengan tuannya lagi. Seluruh orang yang datang di
pemakaman tuannya hanya bisa heran, dan kagum, melihat kesedihan dan kesetiaan
si anjing. Bahkan tangisannya baru terhenti, saat mereka membawanya ke samping
peti mati tuannya. Terakhir kali ia melihat tuannya.
Hari terus berlalu, anjing itu
kini terus tidur di tempat terakhir ia melihat tuannya, meskipun terlihat
sangat tak nyaman. Semua tahu, kalau ia sangat kehilangan tuannya.
38 hari setelah kematian tuannya,
seisi rumah itu menjadi sangat sibuk. Si anjing yg sedang sakit, telah
menghilang. Yang tersisa hanyalah rantai yg dipakai untuk mengikatnya. Setelah
lama mencari, mereka akhirnya menemukan si anjing, yang sedang sakit, sedang
berjalan menuju makam tuannya.
Tak lama kemudian, setelah pulang
ke rumah, anjing itu pergi menyusul tuannya.
Sesuai permintaan cucu –cucu
tuannya, anjing itu dikuburkan di samping tuannya. Untuk terus bersama, menjadi
penjaga tuannya yang setia.
Kini, yang tersisa dari keduanya
hanyalah kisah sederhana tentang Persahabatan dan Kesetiaan.
Seperti kata sebuah pepatah kuno, “uang bisa membeli anjing yang bagus, tapi tak bisa membeli kibasan ekornya “.
*****
air mata mulai menetes di pipi si bungsu, dia baru saja merepost tulisan lamanya, salah satu kenangan menyedihkan dalam hidupnya.
bak sebuah luka lama yg tak pernah sembuh.
kehilangan itu memang menyakitkan, ya MENYAKITKAN .. !!
pikirannya kembali kacau, rasa sakit karena kehilangan itu, kini datang lagi.
ditatapnya foto usang sang ayah yg terpajang di dinding,
"sorry i can't be perfect, i miss you dad .." :'(
namun kibasan ekor si 'Scooby' kembali menyadarkan pikiran si bungsu ..
dia kembali tersenyum, menatap si anjing kecil yg seolah-olah terus mengajaknya tuk bermain ..
"ok scoob. lets gooooooo ... "
1 comment:
tulisanmu bagus, lho. hayoo dong rajin update blog. semangat! ^^
Post a Comment